Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Maret 2017

Jumlah Wisatawan Di Yogyakarta Meningkat Karena Banyaknya Destinasi Baru

Kunjungan wisatawan ke DI Yogyakarta selama libur hari raya Idul Fitri 1438 Hijriah diprediksi meningkat dibanding libur Lebaran tahun sebelumnya. Peningkatan itu dipicu dari munculnya tempat wisata baru seperti Taman Breksi (Kabupaten Sleman), Ayunan Langit (Kabupaten Kulon Progo), Hutan Mangrove (Kabupaten Kulon Progo), dan beberapa destinasi lainnya.

Pict: ngadem.com
"Selain itu, cuti bersama atau libur Lebaran tahun ini waktunya cukup bagus sekitar 10 hari sehingga setelah silaturahmi di hari pertama sampai ketiga Idul Fitri, pemudik masih bisa wisata," ujar Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) DIY, Aris Riyanto di Yogyakarta, Jumat (23/6/2017).

Dikatakan Aris, berdasarkan pengalaman libur Lebaran di tahun sebelumnya, peningkatan jumlah wisatawan yang datang mencapai 10-15 persen setiap tahunnya. Pada 2015 misalnya, jumlah wisatawan yang datang mencapai 2,46 juta orang . Sedangkan jumlah wisatawan yang datang pada 2016 mencapai 2,63 juta orang.

"Maka dari itu asumsi kami peningkatan jumlah wisatawan libur Lebaran tahun ini (meningkat) 10-15 persen juga, dan prediksi itu selalu tercapai. Tapi data tahun lalu itu yang terhitung di hotel. Kalau ditambah yang tinggal di luar seperti rumah keluarga, pasti peningkatan lebih banyak," kata Aris.

Aris menilai, lokasi wisata di Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Sleman masih menjadi favorit selama libur Lebaran. Sebab, kata dia, belum ada destinasi wisata lain yang mengalahkan pesona wisata yang ada di dua kabupaten tersebut.

"Selama tiga tahun terakhir ini dua kabupaten itu masih menjadi primadona. Gunungkidul dengan pantainya dan Sleman dengan Lava Tour-nya. Tapi kami melihat Kulon Progo juga akan menigkat karena ada Hutan Mangrove dan Ayunan Langit," ujar Aris.

Hindari Lokasi Ubur-ubur

Untuk mengantisipasi lonjakan wisatawan, lanjut Aris, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk mengantisipasi hal tersebut. Pemerintah kota/kabupaten melakukan antisipasi bersama kepolisian untuk mengatur arus lalu lintas dan perparkirannya.

"Itu penting untuk memberikan kenyamanan," kata Aris.

Aris pun meminta Dinas Pariwisata Gunungkidul untuk menyiapkan tenaga medis khusus untuk memberikan pelayanan khusunya kepada wisatawan yang datang ke wilayah pantai. Sebab, kata dia, sejumlah pantai di Gunungkidul menjadi lokasi keberadaan ubur-ubur.

"Kalau terkena ubur-ubur karena itu panas dan bengkak karena saya pernah dan keponakan kena di salah satu pantai Gunungkidul," kata Aris.

Wisatawan pun diminta untuk menghindari tempat yang dihuni ubur-ubur ketika bermain air di pantai. Menurutnya, ubur-ubur itu sering berada di pinggir pantai yang airnya tidak bergelombang.

"Masyarakat lokal juga kami minta mengingatkan wisatawan untuk tidak ke lokasi ubur-ubur," tutupnya.

Sumber: kompas.com ( Teuku Muhammad Guci Syaifudin )

Eksotisme Sisi Utara Gunung Kidul Terletak Di 4G

4G biasa dikenal untuk jaringan internet. Namun berbeda dengan 4G di Gunungkidul. Sebuah objek wisata baru di sisi utara kabupaten terluas di DIY ini menampilkan sebuah spot selfie serta untuk dunia fotografi yang sangat istimewa. 4G merupakan singkatan dari Gunung Gentong Gedangsari Gunungkidul. Merupakan destinasi wisata yang berada di Dusun Manggung, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari.


Sebuah objek wisata yang menawarkan keindahan alam bukit, lengkap dengan pemandangan di atas awan yang seringkali disebut negeri di atas awan.

Namun demikian, untuk bisa menikmati panorama negeri di atas awan ini, wisatawan memang harus datang sebelum jam 06.00 WIB.

Di tengah kesegaran udara bukit dan suasana pedesaan, kita akan memandang luas beberapa daerah di luar Gunungkdul dan awan awan tipis yang menyelimutinya.

Di objek wisata yang belum lama diperkenalkan masyarakat ini,  view paling favorit adalah bukit gunung api purba Nglanggeran. Keindahan gunung api purba tersebut benar-benar sangat menawan untuk spot foto dari bukit  4G .

Kurniawan, salah satu wisatawan asal Magelang Jawa Tengah mengaku takjub dengan keindahan alam di pagi hari di kawasan 4G tersebut.

Bayangkan saja diapun rela berangkat dini hari untuk bisa melihat golden sunsrise serta pemandangan menakjubkan di pagi hari tatkala udara masih sangat segar.

”Sungguh menawan dan memesona pokoknya tidak salah kalau objek wisata di Gunungkidul terkenal dengan eksotismenya. Ini saya buktikan sendiri,” ungkapnya beberapa waktu yang lalu.

Diakuinya dengan ketinggian bukit 520 DPL menjadikan objek wisata di sisi utara kabupaten Gunungkidul ini cukup menarik. Apalagi wisatawan sangat mudah menjangkau dan tidak membutuhkan fisik ekstra.”Ini negeri di atas awan,” lanjut dia.

Kepala Bidang Pemasaran dan Bina Usaha Dinas Pariwisata Gunungkidul Yuni Hartini mengatakan, pihaknya terus berusaha memberikan ruang partisipasi masyarakat untuk menggeliatkan pariwisata.

Potensi sektor utara Gunungkidul yang dikenal dengan perbukitannya, masih menyimpan berbagai keindahan yang layak untuk diekplorasi. ”4G di Gedangsari ini merupakan salah satu objek wisata berbasis masyarakat yang dikelola warga setempat,” ulasnya.

Pemkab, lanjutnya, terus berusaha memberikan sarana prasarana sehingga keindahan wisata alam yang masih perawan tersebut semakin layak dan menambah kenyaman wisatawan.

”Objek wista 4 G layak dicoba bagi wistaan yang memang membutuhkan suasana  serta panorama keindahan alam yang berbeda. Karena paling asyik di pagi hari untuk melihat sunrise dan berfoto di atas awan,” pungkasnya.

Sumber: sindonews.com ( Suharjono )

Senin, 06 Maret 2017

Revitalisasi Budaya Desa Hewokloang Sikka NTT

Salah satu budaya yang sudah turun menurun ada pada Budaya Hewokloang yang ada di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Budaya ini terbentuk dari banyak unsur, termasuk sistem religi, bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan, sistem mata pencaharian hidup, sistem kesenian, busana, bangunan, adat istiadat, sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan. Budaya ini adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh masyarakat Hewokloang yang diwariskan dari generasi ke generasi hingga sampai sekarang yang memasuki abad 21 era digital.

Pict: tribunnews.com ( Budaya Hewokloang )
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi ultra modern pada era digital, selain berdampak positif bagi perkembangan budaya dan peradapan manusia, juga banyak membawa pengaruh negatif.

Salah satunya yakni terjadinya pergeseran nilai-nilai, tatanan hidup dan kearifan budaya lokal termasuk Budaya Masyarakat Adat Hewokloang, jika kita tidak membentengi diri dengan rasa memiliki dan komitmen untuk menjaga, melestarikan dan menghidupi kearifan dan kekayaan budaya Hewokloang yang dicintai oleh masyarakatnya secara bersama-sama. Masalah dan kekuatiran tersebut diatas mengetuk hati generasi Hewokloang, baik di tanah perantauan maupun generasi yang tetap berdomisili di Kampung Adat Hewokloang dan sekitarnya.

Mereka memiliki kerinduan bersama untuk duduk kula-babong (musyawarah) bersama seluruh warga Masyarakat Adat Hewokloang. Musyawarah (kula-babong) budaya ini bertujuan membangun komitmen bersama untuk menggali, memulihkan, melestarikan, mengembangkan dan menghidupi nilai-nilai kearifan lokal budaya Hewokloang.

Kesadaran, inisiatif dan upaya-upaya pelestarian ini dapat disebut sebagai gerakan
“Revitalisasi Budaya Hewokloang” untuk mewujudkan suatu tatanan kehidupan bersama yang damai, sejahtera, selaras alam dan selaras zaman.

Kerinduan akan “Kula-Babong Budaya” ini kemudian dirumuskan dalam  bentuk kegiatan yang diberi nama “Musyawarah Besar Revitalisasi Budaya Hewokloang” yang akan diselenggarakan selama 3 hari yakni tanggal 7-9 Juli 2017 di alun-alun kampung adat Hewokloang, Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

“Musyawarah Revitalisasi Budaya” ini dilaksanakan dalam bentuk Seminar dan Diskusi diselingi Pentas Seni Budaya Tradisi Hewokloang yang melibatkan masyarakat, tokoh adat dan pemerintah yang tinggal di Kampung Hewokloang dan sekitarnya serta warga Hewokloang yang berada di perantauan.

Budaya Hewokloang terbentuk dari banyak unsur yang luas yakni :
  1. Sistem religi kepercayaan kepada (Ina Nian-tana, Ama Lerowulan, Nitu-noan, Ai-tali)
  2. Bahasa (tutur-tatar krowe-sikka)
  3. Sistem pengetahuan (naruk bisa-ngaisiang)
  4. Sistem teknologi dan peralatan (Naruk rawin-raja, ruking-rawin)
  5. Sistem mata pencaharian hidup (suwung-rakan, ou-ima, ua-uma kare-tua, jata-kapa toru-lorun, tea-pleur)
  6. Sistem kesenian (leke-sora, latu-lawang, kleteng-latar, pantun-dendang, soka-toja, togo-hegon)
  7. Busana (paket-pelang lipa-ragi, utan-labu, sede-reng, kalar-gelang, bala-bahar, lodan-ledan, urut-soking), 8) bangunan (laba lepo sorong woga, orin-uma, pang-padak, kuwu-kajang), 9) adat istiadat (lihan-lalan, bunun-desa, roit-kudu, guting-pereng, legen-ala, ata-lamen, maten-potat, lodo-huer, hera-tada, tibang-naruk) dan sistem kekerabatan (ngen-ngerang, ina-ama, ue-wari, pu-lame, kera-pu, aa-wine, ina-wine, me-pu) 10) organisasi kemasyarakatan (Suku-Lepo, Lepo-pitu woga-walu,  dua litin pitu, moan ler walu).

Aloysius Hieng adalah salah satu penggagas diadakannya Musyawarah Besar Adat Revitalisasi Budaya Hewokloang, Kepala Polisi Adat Nusantara dan Ketum Ormas Petir mengungkapkan, bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk, membangun kesadaran bersama warga masyarakat keturunan Hewokloang untuk mengenal dan mencintai kearifan-kearifan budaya lokal Hewokloang.

Membangun komitmen bersama untuk menggali, memulihkan, mengembangkan, melestarikan dan menghidupi nilai-nilai kearifan budaya lokal Hewokloang.

Mengorganisir  event budaya tahunan yang menyatukan seluruh warga keturunan Hewokloang.

Membangun Desa Hewokloang menjadi Desa Tujuan Wisata (destinasi wisata budaya) yang berdampak pada peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat Hewokloang dan sekitarnya serta masyarakat Kabupaten Sikka dan Propinsi NTT pada umumnya.

"Sebagai putra daerah di tanah perantauan, saya sangat merindukan kemajuan di tanah kelahiran. Berawal dari kerinduan itu, saya terpanggil untuk membangun dan memajukan kampung halaman tempat dimana saya di lahirkan," kata Aloysius Hieng ketika ditemui di kediamanya di kawasan MT Haryono, Jakarta Timur, Senin (19/6/2017).

Pria yang akrab disapa Bang Aloy ini juga memaparkan, seiring dengan gelar kampung adat yang di gadang di kampung adat Hewokloang juga akan ada pameran yang akan memamerkan berbagai macam peninggalan bersejarah dan tarian-tarian adat pada kampung adat Hewokloang. Seperti warisan para leluhur, rumah adat ( lepo ), gading gajah yg berukuran besar yang tidak bisa dijumpai di tempat lain, guci yang berumur ribuan tahun, piring, mangkuk, teko, gelas berumur ribuan tahun dari warisan para leluhurnya.

"Semua itu masih tersimpan dengan rapih dan terawat disetiap rumah adat (lepo) yang ada di kampung adat desa Hewokloang. Begitu juga bangunan tugu menhir yang biasa dikenal dengan sebutan Mahe pada masyarakat kampung adat Hewokloang berumur ribuan tahun," ungkap Bang Aloy.

Tambah bang Aloy, acara ini diharapkan menjadi menjadi motivasi, kesadaran, kehadiran dan partisipasi aktif warga Hewokloang dalam Musyawarah Besar Revitalisasi Budaya untuk mengenal, mencintai dan melestarikan Budaya Hewokloang.

Adanya kesepakatan seluruh warga Hewokloang “Lepo Pitu Woga Walu” untuk menggali, memulihkan, mengembangkan, melestarikan dan menghidupi nilai-nilai kearifan budaya Hewokloang. Adanya kesepakatan dan komitmen bersama untuk membuat event budaya tetap tahunan di Kampung (Natar) Hewokloang. Adanya kesepakatan, komitmen bersama event budaya tetap tahunan yang jatuh pada tanggal dan bulan yang sama setiap tahunnya dikampung adat (natar) Hewokloang.

Acara musyawarah revitalisasi budaya Hewokloang nantinya akan mengundang sekitar 5 sd 10 ribu orang yang terdiri dari:
  • Pemangku adat Kampung Hewokloang
  • Warga masyarakat adat Kampung Hewokloang dan Sekitarnya,
  • Warga masyarakat adat Hewokloang di Tanah Perantauan.
  • Undangan Pemerintah dan Tokoh Adat 7 Desa di Kecamatan Hewokloang.
  • Undangan Pemerintah dan Tokoh Adat Kabupaten Sikka.
  • Undangan Pemerintah dan Tokoh Adat Republik Indonesia dari Jakarta.
  • Undangan Para Pengusaha dan Pelaku Wisata.

Dan didukung langsung oleh ormas:
  • Pemuda Teguh Indonesia Raya (PETIR) di Jakarta,
  • Lembaga Adat Republik Indonesia (LEMTARI) di Jakarta.
  • Dan Partisipasi Kesadaran Masyarakat Kampung Adat Hewokloang, Maumera,   Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

"Even ini akan diadakan di setiap tahun pada bulan dan tanggal yang sama dan diharapankan kelak, desa atau kampung adat hewokloang bisa menjadi kampung atau desa tujuan wisata, destinasi wisata budaya Indonesia yang mendunia," harap bang Aloy selaku inisiator Mubes Revitalisasi Budaya Hewokloang.

Sumber: daerah.sindonews.com ( Hasan Kurniawan )

Sabtu, 04 Maret 2017

Pemerintahan Kota Bali Melestarikan Aksara Dan Sastra Bali

Pemerintah Kota Denpasar makin gencar melestarikan aksara dan sastra Bali. Salah satunya dengan mengajarkan cara menulis dan membaca kepada anak-anak. Bahkan sejumlah anak blasteran juga ikut belajar. Seperti yang dilakukan Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, saat memberikan penyuluhan dan pelatihan nyurat lontar di SD Mahardika, di Jalan By Pass Ngurah Rai Tohpati, Denpasar.


Kegiatan tersebut diikuti sejumlah anak-anak blasteran. Mereka asyik belajar menulis aksara Bali di daun lontar. Meskipun masih kesulitan, namun nampak anak-anak tersebut sangat antusias dan bersemangat belajar.

"Saya senang bisa belajar menulis aksara Bali. Tapi susah sekali. Tapi saya mau belajar, ya senang," ujar salah satu siswa bernama Carrick Ardiansyah Tharing yang berdarah Australia ini, Rabu (7/6).

Koordinator Humas Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar Ni Putu Novi Purnama Sari di sela memberikan pelatihan, mengatakan mendapat undangan dari SD Mahardika Denpasar untuk memberikan penjelasan tentang tata cara menulis aksara Bali di daun lontar.

Kegiatan Ini merupakan salah satu cara pelestarian bahasa, sastra dan aksara Bali. "Adapun jumlah siswa yang mengikuti penyuluhan aksara di daun lontar ini sebanyak 26 orang siswa," ujarnya.

Dikatakan, selain siswa lokal, kegiatan ini juga diikuti siswa blesteran yang kebetulan bersekolah di SD Mahardika. "Kami salut, meskipun siswa keturunan tapi nampak antusias dan senang mengikuti penyuluhan," ujarnya.

Sumber: merdeka.com ( Gede Nadi Jaya )

Inilah Budaya Minum Teh Di Tahan Air

Sejarah dan penyebaran teh di dunia memiliki cerita dan jalan yang cukup panjang. Hampir setiap daerah atau negara memiliki budaya teh masing-masing yang berbeda antara satu dan lainnya. Sebut saja China, yang dalam beberapa budayanya, masyarakat lokalnya lebih menyukai teh yang tidak begitu kental dan warna yang tentunya tidak terlalu pekat. Begitupun dengan Indonesia yang juga merupakan salah satu negara penghasil teh terbaik.


Sejumlah daerah di Indonesia juga memiliki budaya minum teh yang berbeda, dan tentunya unik. Tiga daerah yang cukup terkenal dengan budaya minum tehnya ialah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan juga Jawa Barat. Saat mengunjungi Pantjoran Tea House, VIVA.co.id juga sedikit berbincang dengan Septian, salah seorang peracik teh sekaligus pramusaji di restoran yang berlokasi di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat ini. Menurutnya, di Sumatera Utara khususnya di Tarutung dan Balige, teh biasa disajikan dengan beras merah yang disangrai.

“Beras merah yang disangrai dimasukkan ke dalam teh baru kemudian diseduh, sehingga rasanya harum," kata Septian, Selasa, 3 Januari 2017.

Lain dengan Sumatera Utara, lain pula Sumatera Barat. Teh dari Sumatera Barat biasa dikenal dengan teh Tahla. Menurut Septian, teh dari Sumatera Barat ini biasa dibuat dari teh hitam dengan kuning telur.

"Kuning telur ayam atau bebek mentah dikocok dengan gula, menggunakan alat tradisional dari bambu hingga teh berbusa," ujarnya menjelaskan.

Septian juga menambahkan, untuk menghilangkan rasa amis telur, biasanya ditambahkan air perasan jeruk nipis dan juga campuran rempah-rempah di dalamnya. Salah satu daerah dengan budaya tehnya yang terkenal lainnya ialah teh poci dari Cirebon, Jawa Barat.

"Di daerah Jawa Barat definisi teh yang enak ialah teh yang wasgitel, wangi, sepet, legi, kental," kata dia.

Teh jenis ini biasa dihasilkan dari teh melati yang diseduh dengan air panas di dalam poci yang terbuat dari tanah liat, kemudian ditambahkan dengan gula batu.

Sumber: viva.co.id ( Tasya Paramitha, Bimo Aria )

Jumat, 03 Maret 2017

Suku Mentawai Masih Menjaga Tradisinya

Berada di pesisir barat Pulau Sumatra, Mentawai hadir dengan pesonanya yang tidak bisa dielakkan begitu saja. Di tempat ini, kamu bisa menemukan cuilan-cuilan surga yang sudah ditemui di daerah lain. Mentawai menyimpan keindahan yang selalu selalu tersembunyi rapi hingga akan terlihat kalau kamu menjelajahinya.

Suku Mentawai [image source]
Kalau kamu memiliki waktu yang banyak untuk mbolang dan mengeksplorasi daerah yang cukup terpencil di Indonesia. Mentawai adalah tempat yang tepat dan sangat di rekomendasikan. Situs warisan budaya dunia UNESCO kategori biosfer ini siap menunggumu dengan sajian budaya dan keunikan alam yang tidak terbatas. Yuk, coba intip seperti apa surga bernama Mentawai itu.

Suku Asli yang Masih Menjaga Tradisinya.

Yang menjadi daya tarik terbesar dari kawasan Mentawai adalah penduduk yang ada di sana. Suku-suku yang ada di sana terus menjaga adat dan tradisinya hingga sekarang. Mereka tidak peduli dengan kemajuan di dunia luar. Selama masih bisa hidup dan menyatu dengan alam untuk berkebun atau berburu, mereka sudah bahagia.

Suku Mentawai [image source]
Suku Mentawai memiliki kebudayaan yang kompleks. Mereka tidak hanya suku yang hidup dan berkembang di hutan saja. Mereka juga menghasilkan banyak produk budaya seperti kerajinan tangan hingga tari-tarian yang memiliki banyak filosofi di dalamnya. Apa saja yang dilakukan oleh penduduk selalu memiliki nilai luhung yang di zaman modern ini sudah semakin habis.

Suku Kuno yang Masih Bertahan Hingga Sekarang.

Orang di Mentawai memiliki sebuah kebudayaan bernama Sabulungan. Budaya ini memiliki umur yang cukup tua di Indonesia. Sabulungan masih mempercayai adanya roh-roh penjaga seperti Tai Ka Bagat Koat yang merupakan roh penjaga di lautan dan Tai Ka Leleu yang merupakan roh penjaga yang terletak di hutan dan juga pegunungan.

Suku Mentawai Kuno [image source]
Penduduk yang hidup dalam suku ini masih keturunan arsitektur-arsitektur di era neolitikum. Mereka mampu mengambil bahan-bahan dari alam sebelum akhirnya dibentuk menjadi rumah atau benda-benda seni lainnya. Oh ya, orang di Mentawai juga dikenal memiliki tradisi tato yang cukup unik. Tato yang diterapkan di sini digunakan untuk identitas diri yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Pesona Pulau-Pulau Mentawai yang Menakjubkan.

Kepulauan Mentawai memiliki setidaknya empat pulau besar yang dihuni oleh suku-suku asli. Empat pulau itu menyimpan banyak sekali pesona alam yang memukau. Salah satu yang sangat memikat adalah hutan-hutan tropis dengan flora dan fauna yang cukup endemik. Di sini kamu bisa menjelajahi setiap jengkal lahan hingga menemukan banyak atraksi menakjubkan seperti arti terjun yang masih sangat alami.

Hutan Di Mentawai [image source]
Pulau utama yang menjadi tujuan banyak wisatawan adalah Pulau Siberut. Pulau yang juga menjadi kawasan cagar alam ini dihuni oleh banyak suku asli di Mentawai. Kalau kamu ingin melihat kehidupan asli dari Suku Mentawai yang masih menjaga kebudayaannya. Datanglah ke  Pulau Siberut yang dewasa ini mulai diminati oleh traveler dari berbagai negara dunia.

Sensasi Wisata Bahari yang Tidak Ada Duanya.

Membicarakan wisata bahari di Mentawai tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya surfing atau berselancar di atas ombak. Setidaknya di Mentawai ada lebih dari 7 titik surfing yang memiliki ombak besar menantang. Setiap tahun, pemerintah setempat selalu mengadakan festival seluncur dengan mengundang peselancar dari berbagai belahan dunia.

Surfing Di Mentawai [image source]
Selain surfing yang menguras adrenalin, Mentawai juga merupakan surga bagi pencinta snorkeling atau diving. Pantai dan laut di beberapa kawasan Mentawai memiliki keindahan bawah laut yang memukau. Terumbu karang dan ikan warna-warni banyak tersebar di berbagai lokasi yang cukup strategis.

Akses dan Tips Berwisata ke Mentawai.

Sebelum memutuskan untuk mengunjungi kawasan Mentawi, ada baiknya kamu mengetahui kapan saja ferry dari dermaga Muara Padang beroperasi. Dalam satu minggu, hanya ada dua keberangkatan menuju Pulau Siberut, biasanya perjalanan yang menempuh waktu 12 jam ini dilakukan pada Minggu dan Kamis malam saja. Untuk perjalanan kembali ke daratan utama Sumatra, ferry hanya beroperasi pada Selasa dan Jumat malam. Biaya sekali jalan ke Mentawai Sekitar Rp150.000,00.

Transportasi Ke Mentawai [image source]
Sebelum pergi ke Mentawai, fisik yang sehat harus kamu persiapkan. Perjalanan yang lama di tengah laut dan petualangan di pulau cukup menguras energi. Datanglah ke visitor center agar pemandu memberi tahu apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Terakhir, cobalah berbaur dengan warga setempat dengan memberi mereka buah tangan berupa makanan.

Demikianlah uraian singkat mengenai Mentawai dan beberapa hal yang ada di sana. Semoga kita semua bisa pergi ke Mentawai dan menjelajahi surga tersembunyi yang terus terjaga keasliannya hingga sekarang.

Sumber: viva.co.id ( Adi Nugroho )

Rabu, 01 Maret 2017

PFI Bakal Cektak 500 Set Prangko Edisi Khusus

Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) akan mencetak 500 set prangko edisi khusus untuk Pameran Filateli Dunia yang akan berlangsung Agustus di Kota Bandung.


"Akan ada 500 set edisi khusus souvenir sheet , itu temanya spesial semua seperti prangko tema anggrek dari dua abad Kebun Raya Bogor, kemudian kebebasan pers, dan lain-lain," kata Ketua Plt Pameran Filateli Dunia 2017 Avi Wijaya di Bandung, Senin.

Saat menghadiri sosialisasi edukasi filateli untuk guru dan siswa di Kantor Pos Besar Bandung, Avi mengatakan pameran filateli bisa menjadi jalan untuk mengajak generasi muda lebih mengenal budaya, sejarah, dan karakter bangsa.

"Prangko itu bisa menjadi jawaban terkait peristiwa fenomenal Indonesia, seperti angklung yang diklaim oleh Malaysia. Angklung itu jelas punya Indonesia karena pada tahun 1952 kita memiliki perangko bergambar anak kecil bermain angklung," katanya.

"Timor Timur boleh hilang saat ini dari NKRI tapi pada tahun 1983 kita pernah memiliki prangko Timor Timur," dia menambahkan.

Bandung menjadi tuan rumah Pameran Filateli Dunia tahun ini. Ketua Umum PP Perkumpulan Filateli Indonesia Soeyono sebelumnya menuturkan pameran tahun ini mengusung tema "Jembatan Menuju Dunia yang Damai Melalui Prangko."

"Nanti itu akan dua ribu frame yang ditampilkan dan mempertandingkan sembilan kelas dari berbagai tema," kata dia.

Menurut Avi peserta pameran filateli dunia tahun ini meliputi 52 delegasi dan 60 pedagang dari 82 negara.

Sumber antaranews.com ( Ajat Sudrajat )

Tarian Banjarnegara goyangkan TMII

Kesenian tari yang ditampilkan siswa-siswi SMAN Bawang ini, di antaranya tari Lengganis, Kidung Serayu dan Coktandoh (Cocok Tanam Salak Pondoh) yang merupakan tarian terbaru. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banjarnegara, Dwi Suryanto mengatakan, tari Coktandoh ini merupakan perpaduan seni tari yang bercerita tentang potensi melimpah salak pondoh yang ada di Banjarnegara.


Tarian ini sekaligus untuk memperkenalkan potensi Banjarnegara. “Kita perkenalkan potensi salah satu hasil bumi di Banjarnegara yaitu salak pondoh. Jadi momentum acara di Taman mini ini akan menjadi media untuk menegaskan bahwa salak pondoh memang menjadi andalan Banjarnegara,” kata dia, Senin (15/5).

Pada acara pentas duta seni, panitia juga menyediakan tempat khusus untuk menggelar bazar hasil produk UMKM. Panitia juga akan mengundang biro travel di Jakarta untuk bergabung dalam rangka mempromosikan destinasi wisata di Banjarnegara.

“Kegiatan dilasanakan dua hari, hari pertama hari sabtu akan di gelar bazar produk UMKM sarta dialog dengan biro travel wisata yang ada di jakarta,” jelasnya. Gelaran pentas budaya ini, juga digunakan sebagai ajang kumpul bagi warga Banjarnegara yang berada di Jakarta dari berbagai komunitas. Dia berharap, agar warga Banjarnegara yang berada di Jakarta untuk ikut mempromosikan wisata daerah asalnya.

“Untuk mempromosikan wisata yang ada di Banjarnegara memang harus ada komunikasi dengan pelaku-pelaku wisata di daerah lain,” imbuhnya.

Sumber: radarbanyumas.co.id ( uje/din )

Seni Budaya Adalah Pilar Membangun Kepribadian Bangsa

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kemanusiaan (Menko PMK), Puan Maharani membuka Pesta Kesenian Bali ke-39 tahun 2017 di Arena Panggung Taman Terbuka Ardha Chandra, Bali Art Center, Kota Denpasar, Bali, Sabtu, 10 Juni 2017 malam.


Dalam sambutannya Puan Maharani mengatakan, seni dan budaya merupakan salah satu instrumen untuk mengharmonisasikan seluruh sendi-sendi kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagi Indonesia, seni dan budaya merupakan salah satu pilar dalam membangun kepribadian bangsa yang ber-bineka tunggal ika, memperkuat kearifan lokal sebagai falsafah nilai dalam hidup berbangsa dan bernegara.

"Dengan semangat cinta seni budaya, kita perteguh jiwa Bhinneka Tunggal Ika dalam berbangsa dan bernegara,” ujar Puan, Bali, Sabtu, 10 Juni 2017 malam.

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu berharap pesta kesenian Bali menjadi jendela komunikasi antarbudaya. Bahkan dia berharap membangun peradaban dunia yang berbudaya.

“Selain untuk memperteguh seni budaya Bali, juga dapat memberikan dampak bagi perekonomian berbasis budaya masyarakat Bali,” ucapnya.

Hadir dalam acara itu Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo, Gubernur Bali Made Mangku Pastika serta perwakilan negara sahabat.

Sumber nasional.sindonews.com ( Rahmat Sahid )