Tampilkan postingan dengan label seni budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label seni budaya. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Maret 2017

Revitalisasi Budaya Desa Hewokloang Sikka NTT

Salah satu budaya yang sudah turun menurun ada pada Budaya Hewokloang yang ada di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Budaya ini terbentuk dari banyak unsur, termasuk sistem religi, bahasa, sistem pengetahuan, sistem teknologi dan peralatan, sistem mata pencaharian hidup, sistem kesenian, busana, bangunan, adat istiadat, sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan. Budaya ini adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh masyarakat Hewokloang yang diwariskan dari generasi ke generasi hingga sampai sekarang yang memasuki abad 21 era digital.

Pict: tribunnews.com ( Budaya Hewokloang )
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi ultra modern pada era digital, selain berdampak positif bagi perkembangan budaya dan peradapan manusia, juga banyak membawa pengaruh negatif.

Salah satunya yakni terjadinya pergeseran nilai-nilai, tatanan hidup dan kearifan budaya lokal termasuk Budaya Masyarakat Adat Hewokloang, jika kita tidak membentengi diri dengan rasa memiliki dan komitmen untuk menjaga, melestarikan dan menghidupi kearifan dan kekayaan budaya Hewokloang yang dicintai oleh masyarakatnya secara bersama-sama. Masalah dan kekuatiran tersebut diatas mengetuk hati generasi Hewokloang, baik di tanah perantauan maupun generasi yang tetap berdomisili di Kampung Adat Hewokloang dan sekitarnya.

Mereka memiliki kerinduan bersama untuk duduk kula-babong (musyawarah) bersama seluruh warga Masyarakat Adat Hewokloang. Musyawarah (kula-babong) budaya ini bertujuan membangun komitmen bersama untuk menggali, memulihkan, melestarikan, mengembangkan dan menghidupi nilai-nilai kearifan lokal budaya Hewokloang.

Kesadaran, inisiatif dan upaya-upaya pelestarian ini dapat disebut sebagai gerakan
“Revitalisasi Budaya Hewokloang” untuk mewujudkan suatu tatanan kehidupan bersama yang damai, sejahtera, selaras alam dan selaras zaman.

Kerinduan akan “Kula-Babong Budaya” ini kemudian dirumuskan dalam  bentuk kegiatan yang diberi nama “Musyawarah Besar Revitalisasi Budaya Hewokloang” yang akan diselenggarakan selama 3 hari yakni tanggal 7-9 Juli 2017 di alun-alun kampung adat Hewokloang, Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

“Musyawarah Revitalisasi Budaya” ini dilaksanakan dalam bentuk Seminar dan Diskusi diselingi Pentas Seni Budaya Tradisi Hewokloang yang melibatkan masyarakat, tokoh adat dan pemerintah yang tinggal di Kampung Hewokloang dan sekitarnya serta warga Hewokloang yang berada di perantauan.

Budaya Hewokloang terbentuk dari banyak unsur yang luas yakni :
  1. Sistem religi kepercayaan kepada (Ina Nian-tana, Ama Lerowulan, Nitu-noan, Ai-tali)
  2. Bahasa (tutur-tatar krowe-sikka)
  3. Sistem pengetahuan (naruk bisa-ngaisiang)
  4. Sistem teknologi dan peralatan (Naruk rawin-raja, ruking-rawin)
  5. Sistem mata pencaharian hidup (suwung-rakan, ou-ima, ua-uma kare-tua, jata-kapa toru-lorun, tea-pleur)
  6. Sistem kesenian (leke-sora, latu-lawang, kleteng-latar, pantun-dendang, soka-toja, togo-hegon)
  7. Busana (paket-pelang lipa-ragi, utan-labu, sede-reng, kalar-gelang, bala-bahar, lodan-ledan, urut-soking), 8) bangunan (laba lepo sorong woga, orin-uma, pang-padak, kuwu-kajang), 9) adat istiadat (lihan-lalan, bunun-desa, roit-kudu, guting-pereng, legen-ala, ata-lamen, maten-potat, lodo-huer, hera-tada, tibang-naruk) dan sistem kekerabatan (ngen-ngerang, ina-ama, ue-wari, pu-lame, kera-pu, aa-wine, ina-wine, me-pu) 10) organisasi kemasyarakatan (Suku-Lepo, Lepo-pitu woga-walu,  dua litin pitu, moan ler walu).

Aloysius Hieng adalah salah satu penggagas diadakannya Musyawarah Besar Adat Revitalisasi Budaya Hewokloang, Kepala Polisi Adat Nusantara dan Ketum Ormas Petir mengungkapkan, bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk, membangun kesadaran bersama warga masyarakat keturunan Hewokloang untuk mengenal dan mencintai kearifan-kearifan budaya lokal Hewokloang.

Membangun komitmen bersama untuk menggali, memulihkan, mengembangkan, melestarikan dan menghidupi nilai-nilai kearifan budaya lokal Hewokloang.

Mengorganisir  event budaya tahunan yang menyatukan seluruh warga keturunan Hewokloang.

Membangun Desa Hewokloang menjadi Desa Tujuan Wisata (destinasi wisata budaya) yang berdampak pada peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat Hewokloang dan sekitarnya serta masyarakat Kabupaten Sikka dan Propinsi NTT pada umumnya.

"Sebagai putra daerah di tanah perantauan, saya sangat merindukan kemajuan di tanah kelahiran. Berawal dari kerinduan itu, saya terpanggil untuk membangun dan memajukan kampung halaman tempat dimana saya di lahirkan," kata Aloysius Hieng ketika ditemui di kediamanya di kawasan MT Haryono, Jakarta Timur, Senin (19/6/2017).

Pria yang akrab disapa Bang Aloy ini juga memaparkan, seiring dengan gelar kampung adat yang di gadang di kampung adat Hewokloang juga akan ada pameran yang akan memamerkan berbagai macam peninggalan bersejarah dan tarian-tarian adat pada kampung adat Hewokloang. Seperti warisan para leluhur, rumah adat ( lepo ), gading gajah yg berukuran besar yang tidak bisa dijumpai di tempat lain, guci yang berumur ribuan tahun, piring, mangkuk, teko, gelas berumur ribuan tahun dari warisan para leluhurnya.

"Semua itu masih tersimpan dengan rapih dan terawat disetiap rumah adat (lepo) yang ada di kampung adat desa Hewokloang. Begitu juga bangunan tugu menhir yang biasa dikenal dengan sebutan Mahe pada masyarakat kampung adat Hewokloang berumur ribuan tahun," ungkap Bang Aloy.

Tambah bang Aloy, acara ini diharapkan menjadi menjadi motivasi, kesadaran, kehadiran dan partisipasi aktif warga Hewokloang dalam Musyawarah Besar Revitalisasi Budaya untuk mengenal, mencintai dan melestarikan Budaya Hewokloang.

Adanya kesepakatan seluruh warga Hewokloang “Lepo Pitu Woga Walu” untuk menggali, memulihkan, mengembangkan, melestarikan dan menghidupi nilai-nilai kearifan budaya Hewokloang. Adanya kesepakatan dan komitmen bersama untuk membuat event budaya tetap tahunan di Kampung (Natar) Hewokloang. Adanya kesepakatan, komitmen bersama event budaya tetap tahunan yang jatuh pada tanggal dan bulan yang sama setiap tahunnya dikampung adat (natar) Hewokloang.

Acara musyawarah revitalisasi budaya Hewokloang nantinya akan mengundang sekitar 5 sd 10 ribu orang yang terdiri dari:
  • Pemangku adat Kampung Hewokloang
  • Warga masyarakat adat Kampung Hewokloang dan Sekitarnya,
  • Warga masyarakat adat Hewokloang di Tanah Perantauan.
  • Undangan Pemerintah dan Tokoh Adat 7 Desa di Kecamatan Hewokloang.
  • Undangan Pemerintah dan Tokoh Adat Kabupaten Sikka.
  • Undangan Pemerintah dan Tokoh Adat Republik Indonesia dari Jakarta.
  • Undangan Para Pengusaha dan Pelaku Wisata.

Dan didukung langsung oleh ormas:
  • Pemuda Teguh Indonesia Raya (PETIR) di Jakarta,
  • Lembaga Adat Republik Indonesia (LEMTARI) di Jakarta.
  • Dan Partisipasi Kesadaran Masyarakat Kampung Adat Hewokloang, Maumera,   Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

"Even ini akan diadakan di setiap tahun pada bulan dan tanggal yang sama dan diharapankan kelak, desa atau kampung adat hewokloang bisa menjadi kampung atau desa tujuan wisata, destinasi wisata budaya Indonesia yang mendunia," harap bang Aloy selaku inisiator Mubes Revitalisasi Budaya Hewokloang.

Sumber: daerah.sindonews.com ( Hasan Kurniawan )

Sabtu, 04 Maret 2017

Inilah Budaya Minum Teh Di Tahan Air

Sejarah dan penyebaran teh di dunia memiliki cerita dan jalan yang cukup panjang. Hampir setiap daerah atau negara memiliki budaya teh masing-masing yang berbeda antara satu dan lainnya. Sebut saja China, yang dalam beberapa budayanya, masyarakat lokalnya lebih menyukai teh yang tidak begitu kental dan warna yang tentunya tidak terlalu pekat. Begitupun dengan Indonesia yang juga merupakan salah satu negara penghasil teh terbaik.


Sejumlah daerah di Indonesia juga memiliki budaya minum teh yang berbeda, dan tentunya unik. Tiga daerah yang cukup terkenal dengan budaya minum tehnya ialah Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan juga Jawa Barat. Saat mengunjungi Pantjoran Tea House, VIVA.co.id juga sedikit berbincang dengan Septian, salah seorang peracik teh sekaligus pramusaji di restoran yang berlokasi di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat ini. Menurutnya, di Sumatera Utara khususnya di Tarutung dan Balige, teh biasa disajikan dengan beras merah yang disangrai.

“Beras merah yang disangrai dimasukkan ke dalam teh baru kemudian diseduh, sehingga rasanya harum," kata Septian, Selasa, 3 Januari 2017.

Lain dengan Sumatera Utara, lain pula Sumatera Barat. Teh dari Sumatera Barat biasa dikenal dengan teh Tahla. Menurut Septian, teh dari Sumatera Barat ini biasa dibuat dari teh hitam dengan kuning telur.

"Kuning telur ayam atau bebek mentah dikocok dengan gula, menggunakan alat tradisional dari bambu hingga teh berbusa," ujarnya menjelaskan.

Septian juga menambahkan, untuk menghilangkan rasa amis telur, biasanya ditambahkan air perasan jeruk nipis dan juga campuran rempah-rempah di dalamnya. Salah satu daerah dengan budaya tehnya yang terkenal lainnya ialah teh poci dari Cirebon, Jawa Barat.

"Di daerah Jawa Barat definisi teh yang enak ialah teh yang wasgitel, wangi, sepet, legi, kental," kata dia.

Teh jenis ini biasa dihasilkan dari teh melati yang diseduh dengan air panas di dalam poci yang terbuat dari tanah liat, kemudian ditambahkan dengan gula batu.

Sumber: viva.co.id ( Tasya Paramitha, Bimo Aria )